"MEMBUAT CERPEN" KARYA BEKTI UTAMI
MEMBUAT
CERPEN
Oleh :
Bekti Utami
Siang itu
pukul 10.05....aku diberi tugas membuat cerpen dari pengalaman sendiri.”silakan
membuat cerpen, boleh dikerjakan di luar kelas, boleh dikerjakan di dalam
kelas”ucap Pak Guru.
Aku pergi
keluar dan duduk di sebelah pintu kelas. Saat itu hanya aku saja yang keluar.
Ketika sedang asyik berfikir, terdengar suara anak kecil di luar pagar sekolah,
dia mengolok-olokku, ”hahaha dihukum ya?” ejek anak itu. Aku pun mengelak “gak,
aku gak dihukum”. “Terus kenapa di luar?” tanya anak itu. “Aku lagi mengerjakan
ini(sambil menunjukkan buku bahasa indonesiaku)”. Kemudian ada dua orang
perempuan berkerudung sambil mengendarai sepeda motor berhenti di luar pagar
sekolah. Salah satu dari mereka memangilku dan bertanya “dek boleh nggak minta
tolong belikan tempe goreng disitu?(sambil menunjuk kantin di belakang
kelasku)”. Aku menjawab “maaf kak gak bisa, saya lagi belajar”. “ooo gak papa, boleh
gak kakak masuk ke dalam situ?” tanya kakak itu lagi. “Boleh” jawabku. Kemudian
teman-temanku keluar dari kelas sambil bertanya, “ada apa Bek?”. ”Gak, gak ada
apa-apa, hanya ada anak perempuan yang mengolok-olokku” jawabku. “ow aku kenal
anak itu, anak itu memang nakal tapi aku lupa siapa namanya” ucap salah seorang
temanku, kebetulan anak perempuan itu masih berdiri di luar pagar.
Kemudian
aku melanjutkan pekerjaanku. Aku bingung ingin menulis cerita tentang apa. Aku
mempunyai banyak kisah hidup, aku bingung ingin menulis yang mana. Pernah aku
menulis sebuah ceren yang berjudul GARA-GARA MATI LAMPU, cerpen itu kubuat ketika
ada tugas mengetik cerpen pada mata pelajaran TIK. Ceritanya sedikit lucu
menurutku. Aku ingin memakai cerpen itu sebagai cerpen yang akan dikumpul, tapi
sayangnya catatan cerpen itu hilang, dan aku pun sudah lupa sebagian ceritanya.
Aku mau menggunakannya, tapi cerita itu terlalu kadaluwarsa bagiku, karena
cerpen itu mengaitkan tentang cerita
Barack Obama saat datang di Indonesia. Sedangkan sekarang bukan trendnya Barack
Obama lagi, melainkan yang sedang populer sekarang adalah Briptu Norman dan Ayu
Ting-Ting.
Aku mulai
bertambah bingung, belum lagi temanku yang bernama Villa selalu bertanya bagaimana
cara menulis cerpennya. Namun tiba-tiba ideku muncul. Aku bertekad akan menulis
cerpen tentang kegiatanku kemarin ketika sedang di ruang multimedia. Menurutku
ada hal yang menarik disitu, yaitu ketika menonton video lucu yang berjudul
Antonim Cilacap. Video itu sengaja diputarkan oleh Bapak Willy Edianto sebagai
penyemangat dan penyegar sehabis belajar.
Awalnya
aku menulis dengan lancar dan mudah, namun ketika di pertengahan cerita aku
mulai kacau, aku mulai kesulitan dalam melanjutkan cerita itu. Tiba-tiba Pak
Willy datang di hadapanku, saat itu aku duduk di depan kelas 9b, bapak juga
ikut duduk di seberang tempat aku duduk. Kemudian terlihat Ibu Nurul keluar
dari kelas 9b dan kemudian berbicara dengan Pak Willy. Mereka berbicara
mengunakan Bahasa Jawa, aku tentunya paham dengan apa yang mereka katakan,
karena kebetulan aku adalah keturunan Jawa. Bapak berkata “ini, anak-anak saya
suruh menulis cerpan dari pengalaman sendiri, boleh dikerjakan di dalam kelas
dan boleh dikerjakan di luar kelas”. Lalu Ibu Nurul berkata “ini melamun terus,
mungkin lagi mikirkan pacarnya(sambil menunjuk aku)”. Lalu aku menyangkal “gak
bu, ini sudah selesai,... (sambil menunjukkan buku Bahasa Indonesiaku)”
(Padahal saat itu masih belum selesai). “Cuma ini yang keliatannya serius(sambil
menunjukku), yang lain dari tadi keliatan bercanda aja, gak tau selesai apa
belum” ucap Pak Willy (wah ke-GR an deh aku dibilang kaya gitu, padahal aku
juga gak terlalu serius sihh..). Kemudian bapak pergi meninggalkanku, begitu
juga dengan Ibu Nurul yang pergi dan kembali masuk ke dalam kelas 9b.
Tinggallah aku duduk sendiri disitu, teman-temanku yang lain duduk di tempat
yang berbeda-beda, ada yang di depan kelas 9a, ada yang di parkiran, ada yang
duduk di bawah pohon, bahkan ada yang duduk di dekat WC.
Bel tanda
ganti pelajaran berbunyi, aku mulai bangkit dari tempat dudukku dengan lesu,
karena cerpenku belum selesai. Semuanya masuk ke kelas, bapak mengumumkan bahwa
tugas membuat cerpen dijadikan PR saja. Aku mulai tenang karena tugas membuat
cerpennya di jadikan tugas rumah, aku jadi lebih leluasa berfikir dan menulis,
namun tiba-tiba aku berfikir mengapa ceritaku hari ini takku jadikan cerpen
saja, alurnya aku masih ingat, dan ceritanya juga menarik bagiku. Meskipun
sangat singkat, dan tidak terlalu keren, aku berharap yang membacanya tetap
dapat tersenyum. Dan.. inilah ceritaku, pengalamanku disaat aku membuat cerpen.
Kumai,
September 2011
|
Komentar
Posting Komentar