MAKALAH KERAJAAN BANTEN OLEH BEKTI UTAMI
KERAJAAN
BANTEN
Kerajaan Banten berawal ketika Kerajaan
Demak
memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1526, pasukan
Demak, dibantu Sunan Gunung Jati dan puteranya, Hasanuddin, menduduki
pelabuhan Sunda, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan dari
kerajaan Pajajaran, dan kota Banten
Girang.
Pasukan Demak mendirikan kerajaan Banten yang tunduk pada Demak, dengan Hasanuddin sebagai raja
pertama. Menurut sumber Portugis, saat itu Banten merupakan salah satu
pelabuhan kerajaan Pajajaran di samping Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa (kini Jakarta) dan Cimanuk.
A. Sejarah
Tahun 932, kerajaan Sunda didirikan di bawah naungan Sriwijaya, di kawasan Banten, dengan ibukota
di Banten Girang. Kerajaan
ini berakhir tahun 1030, dengan
mungkin Maharaja Jayabupati sebagai raja terakhirnya, yang
memindahkan pusat kerajaan ke pedalaman, di Cicatih dekat Cibadak.
Setelah itu Sunda diperkirakan jatuh di bawah
kekuasaan langsung Sriwijaya. Di abad ke-12, lada menjadi bahan ekspor yang berarti
bagi Sunda.
Dalam bukunya, Zhufan Zhi (1225), Zhao Rugua menyebut "Sin-t'o"
sebagai bawahan Sriwijaya tapi menulis bahwa "tidak ada lagi pemerintahan
yang teratur di negara itu. Penduduk menjadi perampok. Mengetahui ini, saudagar
asing jarang ke sana." Pernyataan ini menunjukkan pelemahan kekuasaan
Sriwijaya, yang sendirinya juga menjadi sarang perompak. Menurut Nagarakertagama, setelah raja Kertanegara menyerang kerajaan Malayu tahun 1275, Sunda jatuh di bawah pengaruh
Jawa. Namun berkat lada, ekonomi Sunda berkembang pesat di abad ke-13 dan
ke-14.
Menurut Carita Parahyangan, Banten Girang ("Wahanten Girang") diserang Pajajaran, negara pedalaman yang juga
beragama Hindu-Buddha. Peristiwa ini diperkirakan terjadi di sekitar tahun
1400. Sunda tunduk pada Pajajaran, yang lebih mementingkan pelabuhannya yang
lain, Kalapa (kini Jakarta) dan mungkin satu lagi di muara Citarum. Mungkin itu sebabnya Tomé Pires menulis bahwa pelabuhan yang paling
besar di Jawa Barat adalah Kalapa. Namun di sekitar tahun 1500, perdagangan
internasional bertambah pesat untuk lada dan membuat Sunda lebih kaya lagi.
4
Jatuhnya Melaka di tangan Portugis tahun 1511 berakibatkan perdagangan terpecah
belah di sejumlah pelabuhan di bagian barat Nusantara dan membawa keuntungan
tambahan ke Sunda. Ada kemungkinan rajanya masih beragama Hindu-Buddha dan
masih tunduk pada Pajajaran. Namun berkurangnya kekuasaan Pajajaran memberi
Sunda kesempatan dan peluang yang lebih luas. Raja Sunda, yang diancam kerajaan Demak yang Muslim, menolak untuk masuk
Islam. Dia ingin bersekutu dengan Portugis untuk melawan Demak. Tahun 1522 Banten dan Portugis menandatangani
suatu perjanjian untuk membuka suatu pos di sebelah timur Sunda untuk menjaga
perbatasan terhadap kekuatan Muslim.
Tahun 1523-1524, Sunan Gunung Jati meninggalkan Demak dengan memimpin
suatu bala tentara. Tujuannya adalah mendirikan suatu pangkalan militer dan
perdagangan di bagian barat pulau Jawa. Sunda ditaklukkannya dan rajanya
diusir. Saat Portugis balik ke Sunda tahun 1527 untuk menerapkan perjanjian dengan
Sunda, Gunungjati menolaknya. Sementara Kalapa juga direbut pasukan Muslim dan
diberi nama baru, "Jayakarta" atau
"Surakarta" ("perbuatan yang gemilang" dalam bahasa
Sangskerta.
Banten kemudian diperintah oleh Gunung Jati sebagai
bawahan Demak. Namun keturunannya akan membebaskan diri dari Demak. Tahun 1552, Gunung Jati pindah ke Cirebon, di mana dia mendirikan kerajaan
baru.
Jatidiri dan kegiatan Gunung Jati lebih banyak
diceritakan dalam naskah yang sifat kesejarahannya kurang pasti sehingga
terdapat banyak ketidakpastian. Boleh jadi kegiatan militer yang dikatakan
dilakukan oleh dia, sebetulnya adalah perbuatan orang lain yang oleh Portugis
dipanggil "Tagaril" dan "Falatehan" (yang mungkin maksudnya
"Fadhillah Khan" atau "Fatahillah") dan yang dalam sejumlah
cerita disamakan dengan Sunan Gunung Jati. Purwaka Caruban
Nagari, suatu babad yang dikatakan ditulis tahun 1720, membedakan Gunung Jati dari
Fadhillah.
Raja Banten kedua, Hasanuddin (bertahta 1552-1570), memperluas
kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung, yang hubungannya dengan Jawa Barat
sebetulnya sudah lama. Menurut tradisi, Hasanuddin adalah anak Gunung Jati. Dia
menikah dengan seorang putri dari raja Demak Trenggana dan melahirkan dua orang anak.
Raja ketiga, Maulana Yusuf (bertahta 1552-1570), menaklukkan
Pajajaran di tahun 1579). Menurut
tradisi, Maulana Yusuf adalah anak yang pertama Hasanuddin. Sedangkan anak
kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi Penguasa Jepara.
Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf
wafat (1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kesultanan Banten daripada
anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih
terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kesultanan Banten. Perang
ini dimenangkan oleh Banten karena dibantu oleh para ulama.
Tahun 1638 Pangeran Ratu (bertahta 1596-1651) menjadi raja
pertama di pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" dengan nama Arab "Abulmafakhir
Mahmud Abdulkadir”
5
B. Puncak kejayaan
Masa Sultan Ageng
Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan
Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas
contoh Eropa. Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara. Dibantu orang
Inggris, Denmark dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam,
Vietnam, Filipina, Tiongkok dan Jepang.
Sultan Ageng juga memikirkan pengembangan
pertanian. Antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan. Antara 30
dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang.
Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan
ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas
tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makassar. Perkebunan tebu, yang
didatangkan saudagar Cina di tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan
Ageng, penduduk kota Banten meningkat dari 150 000 menjadi 200 000.
C. Masa kekuasaan Sultan Haji
Pada zaman pemerintahan Sultan
Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682,
wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam
surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten.
Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682
yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.
D. Penghapusan kesultanan
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.
E. Daftar raja Banten
- Sunan Gunung Jati
- Hasanuddin 1552 - 1570
- Maulana Yusuf 1570 - 1580
- Maulana Muhammad 1585 - 1590
- Sultan Abulmufakhir Mahmud Abdulkadir 1596 - 1647 (dianugerahi gelar "Sultan"pada tahun 1048 H (1638) oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu.)
- Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1640 - 1650
- Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1680
- Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) 1683 - 1687
6
- Abdul Fadhl / Sultan Yahya (1687-1690)
- Abul Mahasin Zainul Abidin (1690-1733)
- Muhammad Syifa Zainul Ar / Sultan Arifin (1750-1752)
- Muhammad Wasi Zainifin (1733-1750)
- Syarifuddin Artu Wakilul Alimin (1752-1753)
- Muhammad Arif Zainul Asyikin (1753-1773)
- Abul Mafakir Muhammad Aliyuddin (1773-1799)
- Muhyiddin Zainush Sholihin (1799-1801)
- Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802)
- Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
- Aliyuddin II (1803-1808)
- Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809)
- Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
- Muhammad Rafiuddin (1813-1820)
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
KERAJAAN BANTEN 4
1.1
Sejarah 4
1.2
Puncak Kejayaan 6
1.3
Masa Kekuasaan Sultan Haji 6
1.4
Penghapusan Kesultanan 6
1.5
Daftar Raja Banten 6
KATA PENUTUP 7
DAFTAR PUSTAKA 8
iii
KATA
PENUTUP
Assalamu`alaikum wr.wb
Kami ucapkan terima
kasih bagi yang telah membaca resume ini. Kami merasa bahwa dalam kliping ini
masih banyak kekurangan dan kami mengharap Kritik dan Saran dari pembaca, demi
kesempurnaan kliping ini.
Atas dukungannya kami mengucapkan Terima
Kasih.
Kumai, September 2011
Hormat
Kami
Penyusun
|
Wassalamu`alaikum wr.wb
7
KATA
PENGANTAR
Assalamu`alaikum wr.wb
Puji
syukur kami ucapkan kepada TUHAN Yang Maha Esa, karena kami telah berhasil menyusun
resume tentang KERAJAAN BANTEN ini. Yang bertujuan untuk memenuhi tugas
dari guru SKI kami yaitu Bapak M. Miftakul Ashor S.Pd.I, dan sekaligus
bertujuan untuk memperluas, serta mempermudah mengenali sejarah kerajaan Islam
di Indonesia
Kami
mengharapkan dengan tersusunnya kliping ini, dapat melengkapi perpustakaan
sekolah dan berguna bagi para pembacanya, khususnya siswa-siswi MTs. Negeri
KUMAI.
Wassalamu`alaikum wr.wb
Kumai, September 2011
Hormat
Kami
Penyusun
|
ii
DAFTAR
PUSTAKA
- Guillot, Claude, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono, Banten avant l'Islam - Etude archéologique de Banten Girang (Java Indonésie) 932 (?)-1526 ("Banten sebelum Islam - Studi arkeologis tentang Banten Girang 932 (?)-1526"), École française d'Extrême-Orient, 1994, ISBN 2-85539-773-1
- Guillot, Claude, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono, "La principauté de Banten Girang" ("Kerajaan Banten Girang"), Archipel, Tahun 1995, Volume 50, halaman 13-24
- Ricklefs, M. C., A History of Modern Indonesia since c. 1200, 2008 (terbitan ke-4)
- (Indonesia)Sia-sia, Kalau Bangkitkan Sosok Sultan Banten. Harian Kompas, 28 Maret 2003
- (Indonesia)Menunggu Kembalinya Sultan Banten. Republika, 7 September 2003
- (Indonesia)Ribuan Peziarah Serbu Masjid Agung Banten. TempoInteraktif, 26 Oktober 2006
- (Indonesia)Kesultanan Banten? Wallahualam…. Harian Kompas, 26 April 2003
8
Komentar
Posting Komentar