Cerpen "Gantung" by Bekti Utami
GANTUNG
Karya : Bekti Utami
Suatu
hari di sebuah desa, ada seorang laki-laki misterius yang selalu berpakaian
tertutup. Sore itu di dekat rumahnya lewat dua orang wanita. Wanita itu melihat
laki-laki itu ingin membelah tangannya sendiri dengan kapak. “Bruak” kapak
dipukulkan, seketika wanita itu terkejut bukan main. Namun tak disangka,
ternyata laki-laki itu hanya ingin membelah balok kayu yang berada di sebelah
tangan kirinya. “Siapa laki-laki itu ?” tanya salah satu wanita itu, “ ia
adalah laki-laki aneh di daerah ini” jawab wanita lainnya. Mereka pun pergi
meninggalkan laki-laki itu.
Lalu laki-laki itu menatap ke arah
dimana wanita tadi berdiri dan melihat ada sebuah benda yang jatuh. Ia pun
mengambilnya dan melihatnya. Namun tiba-tiba darah mengucur dari tangan
kirinya. Tak disangka ternyata kapak tadi mengenai bagian jempol dari laki-laki
tersebut dan membuat tangannya berlumuran darah, “Darah yang indah” ucapnya.
Malam harinya, salah satu wanita
tadi, sebut saja Riska, sedang berjalan sendiri tanpa teman di daerah sekitar
tempat tinggal laki-laki yang dilihatnya tadi sore. Namun ia merasa ada yang
aneh, ada sosok bayangan di belakangnya. Yang seolah-olah sedang mengikutinya.
Bahkan semakin lama semakin dekat, Riska pun berlari entah kemana, sampai akhirnya
ia menemui jalan buntu, dan tak ada pilihan lain selain berhenti dan menghadapi
orang itu. Saat ia berbalik, dilihatnya sesosok laki-laki berdiri di situ
dengan sepatu, celana, jaket dan topi yang serba hitam. Riska merasa hidupnya
pasti akan berakhir disini. Ia tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Laki-laki itu mendekatinya, semakin mendekat, mendekat dan berkata “ini milikmu
kan?” seraya menyodorkan sebuah dompet.“iiiiii.i.i. ya” ucap Riska dengan nada
takut. Tanpa berbicara lagi, laki-laki itupun pergi setelah memberikan dompet
itu. Ada bercak darah di dompet yang diterimanya, namun Riska tak peduli lagi
dengan itu. Walau rasa gugupnya telah berkurang, ia tetap merasa takut, namun
ia juga merasa senang karena dompetnya telah kembali. Ia ingin mengucapkan
terima-kasih namun, tanpa disadarinya, laki-laki itu sudah menghilang.
Esoknya di sekolah, Riska masih
bingung dengan kejadian kemarin. Ia berharap bisa bertemu dengan laki-laki itu.
Tia pun datang dan bertanya kepada sahabatnya itu tentang lamunannya. “hei kau
kenapa, seperti orang hendak pingsan saja” “tidak papa, hanya saja, aku
penasaran dengan laki-laki aneh yang kau sebut kemarin, aku mau menemuinya.
Kemarin malam aku bertemu seorang laki-laki aneh yang mengembalikan dompetku,
tapi aku tak sempat berterima-kasih, mungkin saja laki-laki itu adalah
orangnya” ucap Riska.”Siapa yang kau maksud? Laki-laki yang membawa kapak itu
ya ? kau gila, dia adalah orang aneh yang wajahnya selalu ditutupi. Mungkin dia
punya luka bakar. Lagipula tidak mungkin dia adalah orang yang mengembalikan
dompetmu.” Jawab Tia. “tapi,,,”.ucap Riska “ah sudahlah, bisakah kau tidak
meminta sesuatu yang mustahil ? sekarang jangan bicarakan tentang laki-laki
menyeramkan itu.”sahut Tia. “Tapi Tia... akku” rengek Riska. “sudahlah !! dasar
cerewet, andai saja aku tidak duduk bersebelahan denganmu, aku sangat berharap
agar bisa duduk di samping Rei, dia adalah orang yang tenang, pandai, dan tampan
meskipun dia agak cuek, lebih sering menyendiri dan tak suka didekati. Tapi walau
seperti itu, aku tetap menyukainya, auranya yang kuat itu dari saat dia pertama
berada di sekolah ini sampai sekarang, masih sangat cetarrrdi hatiku” Ucap Tia
sambil menatap Rei yang sedang duduk di kursi paling ujung.
Jam sekolah usai, Riska pulang sendiri
seperti biasa, ia berniat untuk ke rumah laki-laki misterius itu sendiri.
Anehnya ketika ia sudah sampai, dia tak menemui siapapun di situ, ia bertanya
pada warga sekitar, namun mereka juga tak tau kemana kepergian laki-laki aneh
itu. Riska pun menyerah dan hanya bisa berterima kasih dengan suara hatinya.
Disisi lain ternyata ada seorang laki-laki yang sedari tadi menatapnya dari
kejauhan.
Esoknya lagi di sekolah, Riska mulai
curiga pada teman sekelasnya, yaitu Rei. Ada kemiripan antara laki-laki malam
itu dan dia. Riska pun memberanikan diri untuk memanggilnya, namun Rei tak
menghiraukan itu dan langsung beranjak dari kursinya untuk keluar kelas. Riska
pun menarik tangan kiri Rei. Namun tiba-tiba ia terkejut karena tangan Rei
terluka. Riska meminta maaf dan melepaskan pegangannya. “Tidak papa” ucap Rei
lalu beranjak pergi meninggalkan Riska.
Menjelang malam saat ingin kembali
ke rumah, Riska bertemu lagi dengan laki-laki yang pernah mengembalikan
dompetnya. Ia mengejar laki-laki itu dan menarik tangannya hingga gelang yang
ada di tangannya terlepas. Ia agak curiga dengan gelang itu, ia merasa pernah
melihatnya. Meskipun begitu, ia tetap mengejar laki-laki itu sampai akhirnya ia
kehilangan jejak. Ia pun menyerah, namun saat ia ingin berbalik. Ia mendengar
suara teriakan seseorang yang sepertinya tak jauh darinya. Ia pun segera menuju
sumber suara itu, dan ia melihat laki-laki misterius tadi mulai meraung
kesakitan yang menyebabkan topinya terlepas dan menampakkan wajahnya, dengan
kulit yang putih dan mata yang bening serta gigi taring yang tajam. Laki-laki
itu bertingkah layaknya serigala. Riska pun memberanikan diri untuk mendekati
laki-laki itu, dan ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya itu adalah Rei.
Rei pun mengakui identitasnya. Namun ia menyuruh Riska untuk pergi. Ia bahkan
menghardik Riska agar menjauhinya karena ia sangat berbahaya. Riska hanya diam
dan mengembalikan gelang yang dilepaskannya dari tangan Rei. Rei pun menghilang
dalam sekejap.
Sejak kejadian malam itu, Riska
selalu memikirkan Rei, “dia menyeramkan, namun sangat keren ketika berubah”
khayal Riska. “memang benar yang dikatakan Tia, dia sangat tampan”ucapnya
dengan senyum tipis.
Semakin hari Riska semakin menyukai
Rei, meskipun ia tau akan identitasnya, tetapi Riska tetap tidak mengatakannya
pada siapapun. Riska sadar berarti selama ini ketika ia merasakan ada seseorang
yang mengikutinya, Rei lah orangnya. Riska mencoba berbicara dengan Rei,
setelah beberapa hari ia tidak sekolah.”emm apa kau baik-baik saja ?” tanya Riska.
Namun Rei hanya diam. Tia yang merasa cemburu ketika melihat Riska berbicara
dengan Rei, kemudian mendekati Riska.”hey Riska, apa yang kau lakukan? Jangan
dekati Rei ku”ucap Tia. Karena merasa terusik, Rei pun pergi tanpa berbicara
sepatah katapun. “Lihatlah, dia pergi kan ?” ucap Tia sambil berlari-lari kecil
mengejar Rei. Bukannya berhasil mengejar Rei, Tia tiba-tiba dipanggil untuk
membantu ibu Dina di kantor. Merasa ada kesempatan, Riska pun segera mengejar Rei.
“Tunggu Rei...” teriak Riska. Rei pun berhenti dan menatap wajah Riska, “ an
anu aku ingin berterima kasih kepadamu karena telah mengembalikan dompetku”
ucap Riska. Setelah mendengar itu, Rei pun berusaha untuk pergi lagi. Namun
sekali lagi Riska mencoba untuk menahan tangan Rei yang ternyata masih
terluka.”Tanganmu tidak papa ? apa perlu aku obati ?” tanya Riska. “Diamlah ?
bukankah sudah kubilang agar menjauhi ku, aku tidak perlu terima kasih mu, dan
bantuanmu, pergilah dariku !” ucap Rei dengan nada keras. “tappi, sejujurnya
aku menyukaimu tak peduli siapapun kau” sahut Riska dengan penuh perasaan. “
enyahlah, kau sangat menggangguku” hardik Rei yang beranjak pergi meninggalkan
Riska yang terdiam sedih. Seiring dengan langkah kepergiannya, Rei berkata
dalam hatinya, “maafkan aku, aku tidak bermaksud keras kepadamu, sejujurnya aku
juga mencintaimu, hanya saja kau tidak boleh dekat dengan ku, karena aku sangat
berbahaya Riska. Kau adalah orang yang sejak dulu ingin aku miliki, namun kita
berbeda, kita sangat berbeda. Ini bukanlah hal yang bisa disamakan seperti
film-film drama GGS, Manusia serigala, twilight, 7 manusia serigala atau apapun
itu. Maafkan aku” sambil memikirkan Riska dalam khayalnya.
Di depan sebuah toko, Riska sedang
dicaci maki oleh seorang pemilik toko karena telah memecahkan gelas mahal
ditempatnya bekerja itu. Ia pun disiram dengan air yang sangat dingin. Riska
hanya bisa diam dengan menahan rasa malu karena dicaci di depan orang banyak.
Tak beberapa lama, ada seseorang yang menyelimuti tubuh basah riska dengan
sebuah jas. Memeluknya dari belakang dan menuntunnya untuk meninggalkan
kerumunan yang menertawakannya tadi. Betapa terkejutnya ia ketika ia melihat
bahwa orang yang membantunya adalah Rei. “ kenapa kau masih membantuku ?
menjauhlah dariku agar aku bisa melupakanmu” bentak Riska. Rei hanya bisa terdiam
dan menyesali perbuatannya yang membuat Riska membencinya. Namun apa boleh
buat. Hal itu memang harus dilakukannya, karena ia tidak akan tega membiarkan
orang yang dicintainya di sakiti oleh orang lain.
Hari demi hari dilewati mereka berdua
dengan rasa penyesalan. Riska merasa dirinya terlalu keras kepada Rei yang
sudah membantunya, tetapi ia harus bagaimana? Rei telah membencinya, tapi
mengapa ia selalu membantunya ? karena itulah ia tetap tidak dapat melupakan
Rei. Begitu pula dengan Rei yang kini kembali menyendiri tanpa berbicara dengan
siapapun. ia masih mencintai Riska, sesekali ia memandangi Riska dari kejauhan dan
membantunya tanpa diketahui oleh Riska.
Di kelas Riska hanya bisa termenung
menatap ke arah Rei yang terlihat santai seolah ia telah melupakan dirinya.
Riska menatap dengan tajam hingga bel pulang berbunyi. Rei menoleh ke arah
Riska, namun Riska buru-buru menggeser pandangannya karena takut akan terlihat
oleh Rei. Rei merasa sedih karena ia berfikir, Riska tidak akan pernah
menatapnya lagi. Rei pun berjalan keluar kelas sambil menatap Riska yang masih
terduduk di kursinya dari belakang. Rei tak kuasa menahan rasa sedihnya karena
perempuan yang telah menggeser arah
kehidupannya itu tak akan pernah mau menatapnya lagi, ia pun pergi keluar dan
bersandar di tembok merenungi nasibnya. Begitu pula Riska, yang ternyata sedang
menangis di bangkunya sambil meratapi penyesalannya.(jangbeefin)
Cerpen ini saya buat, karena terinspirasi dari exo. bagi yang copas tolong cantumin penulisnya ya. makasih.
Komentar
Posting Komentar